GOPOS.ID, GORONTALO – Pra Rakerkesda Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo membahas penanganan stunting.
Pra Rakerkesda ini menghadirkan Tim dari Kementerian Kesehatan RI, Tim Ahli dari Universitas Hasanuddin yang membahas topik stunting dan percepatan transformasi layanan kesehatan, di Hotel Aston, Kota Gorontalo, Selasa-Rabu (2-3/5/2023).
Dalam pelaksanaan Pra Rakerkesda di hari pertama diskusi terfokus pada identifikasi praktik baik yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.
Kabupaten Pohuwato yang menyampaikan bagaimana seluruh OPD konvergensi berkontribusi terhadap upaya penurunan stunting yang dikoordinir oleh Bapppeda.
Sebagaimana diketahui, Kabupaten Pohuwato berdasarkan hasil SSGI berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 34% pada tahun 2021 menjadi 6% pada tahun 2022.
Praktik lainnya yang dipaparkan adalah Mall UKBM di Kabupaten Gorontalo yang ditujukan untuk memperkuat Integrasi Layanan Primer (ILP).
Tim Kemenkes yang dipimpin oleh Ketua Tim Kerja Pembiayaan Pusat dan Daerah, Resi Natalia Turnip memberikan masukan bahwa inovasi atau praktik baik yang diangkat merupakan strategi atau jawaban terhadap permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten/Kota di masyarakat, sehingga jika ini berhasil maka bisa ditiru oleh daerah lain yang menghadapi permasalahan yang sama.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S. Otoluwa mengungkapkan pada Rakerkesda mendatang akan menghadirkan Menteri Kesehatan sehingga butuh masukan dari Tim Kemenkes untuk persiapannya.
“Beberapa hal yang menjadi point pada diskusi hari pertama terkait faktor risiko kejadian stunting di Provinsi Gorontalo tidak sekedar kekurangan gizi tetapi banyak faktor risiko lainnya namun yang terpenting adalah dalam penangananan stunting kita perlu fokus”, ungkapnya.
Highlight pada pertemuan ini adalah dalam rangka percepatan transformasi layanan kesehatan dan penurunan prevalensi stunting perlu kolaborasi dan fokus, begitu banyak faktor risiko stunting yang ada di Provinsi Gorontalo, maka intervensi harus mengidentfikasi hal-hal yang menjadi prioritas.
Pada paparan tim pakar disebutkan bahwa dalam melakukan intervensi harus tepat sasaran, karena kenyataan dilapangan bahwa PMT diberikan kepada semua sasaran sehingga energi kita habis untuk intervensi yang tidak tepat sasaran.
Jadi, diskusi hari kedua kata Anang adalah upaya untuk mengisi sisi otak kanan setelah hari pertama diisi dengan hal-hal untuk mengisi otak kiri yang sifatnya rutin. Banyak hal yang didiskusikan selama dua hari ini diharapkan dapat ditindaklanjuti dalam bentuk yang lebih konkrit.
“Sebagaimana tujuan dari pelaksanaan pertemuaan Pra Rakerkesda yaitu menyepakati teknis pelaksanaan Rakerkesda dan dokumen hasil diskusi tentang upaya percepatan penurunan prevalensi stunting dan transformasi layanan kesehatan. Kami siap merubah cara kerja, untuk transformasi kesehatan Indonesia”, tandasnya. (Putra/Gopos)