GOPOS.ID, GORONTALO – Provinsi Gorontalo kembali kedatangan vaksin Covid-19. Kali ini jenis vaksin yang didatangkan adalah Vaksin AstraZeneca, Jum’at (26/03/2021). Kedatangan vaksin covid-19 AstraZeneca ini untuk mendukung program vaksinasi nasional di Gorontalo.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menjelaskan, program Vaksinasi Covid-19 di Gorontalo sudah memasuki tahap kedua. Yakni menyasar petugas pelayanan publik dan lansia. Vaksin yang digunakan selama ini adalah vaksin Sinovac asal China.
“Vaksin yang digunakan saat ini adalah Sinovac dan dengan adanya tambahan 300 vial vaksin AstraZeneca semakin mendukung percepatan cakupan yang divaksinasi” ungkap dr. Yana.
dr. Yana berharap, berharap masyarakat tidak ragu karena vaksin AstraZeneca telah mendapat ijin penggunaan darurat atau emergency use authorization dari BPOM.
“Artinya mutu dan keamanan vaksin dijamin serta penggunaannya telah mendapat fatwa dari MUI nomor 14 tahun 2021,” ucapnya.
Terkait EUA dari Badan POM, dalam konferensi pers Jum’at (19/03/2021) Juru Bicara Vaksin Covid-19 BPOM, Lucia Rizka Andalusia mengatakan hasil evaluasi terhadap khasiat keamanan dan mutu vaksin. Maka BPOM telah menerbitkan penggunaan pada masa darurat atau EUA pada tanggal 22 Februari 2022.
Proses evaluasi melibatkan ahli dari Komite Nasional Penilai Obat, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan ahli lainnya.
“Efikasi vaksin dengan 2 dosis standar yang dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar 2 bulan menunjukkan efikasi sebesar 62,1 persen,” kata dia.
“Hasil ini sudah sesuai dengan persyaratan efikasi untuk penerimaan EUA yang ditetapkan oleh WHO yaitu minimal 50 persen,” ungkap Lucia seperti dikutip dari MSN.
Sementara itu, dikutip dari katadata.co.id vaksin virus corona yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca menunjukkan tingkat kemanjuran melawan Covid-19 hingga 76% dalam sekali suntikan.
“Efikasi vaksin setelah suntikan pertama dari hari ke-22 hingga hari ke-90 mencapai 76%, dan model analisis menunjukkan kekebalan yang terbentuk tidak berkurang selama tiga bulan,” kata akademisi Oxford dalam makalah yang diterbitkan The Lancet seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (03/02/2021).
Hal itu berdasarkan uji klinik pada peserta usia 18-55 tahun di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan. (rls/muhajir/gopos)